Menjadi ibu dari dua anak remaja itu kadang berasa nano-nano. Kok bisa? Coba saja bayangkan kondisi saya saat anak sulung sudah menginjak usia 16 tahun. Si sulung memasuki masa pubertas dan kebetulan sekali dianugerahi tampang keren. Hulalaaa, berasa menjadi bodyguard sekaligus emak berhati serapuh gelas kristal.
Di satu sisi, senang dong anak sudah besar, nggak perlu lagi mengantarnya kesana kemari, karena udah bisa sendiri. Tapi ternyata, sesekali muncul perasaan cemas, sedang apa atau bersama siapa anak-anak kita?
Yang makin bikin hati seorang ibu makin baper adalah saat seorang teman lawan jenis yang sesekali berkunjung ke rumah. Pengennya sih pura-pura nggak peduli, ntar jadinya salah karena terlalu memberi kebebasan. Tapi kalo pengen tahu, si anak bisa aja langsung memasang wajah tak suka.
Dan masih ada belasan peristiwa dan keadaan yang kadang menimbulkan salah persepsi dari orang tua pada anak remajanya. Atau muncul salah komunikasi antara orang tua dengan sang anak. Gimana sih agar jangan sampai muncul perasaan cemas, sikap tak suka, atau bermusuhan antara orang tua dengan anak laki-laki yang mulai remaja? Gimana agar kita menjadi sahabat bagi anak cowok dan menjadi tempat mereka curhat?
Yuk yuk, kita sharing dan mengupas satu persatu permasalahan klasik ini.
1. Pendengar Yang Setia
Saat seorang anak yang mulai memasuki masa remaja, sering muncul sikap tidak percaya diri. Perkembangan mental anak remaja yang baru gede ini tak sama antara satu dengan yang lain. Sebagai orang tua, hal pertama adalah menjadi pendengar yang setia.
Terutama saat pertama menginjakkan kaki di lingkungan yang baru, misal sekolah baru, rumah baru, atau pergaulan di satu tempat bimbingan belajar. Bagi anak-anak yang memiliki sifat terbuka, lingkungan baru ini tak begitu mengganggunya. Beda dengan anak yang sejak awal memang terlahir menjadi pribadi penyendiri, tak mudah bergaul dan susah masuk dalam lingkaran pertemanan. Anak-anak seperti ini biasanya akan sulit menerima teman baru.
Di rumah lah, sikap menjadi teman sangat dibutuhkan oleh anak-anak tipe pemalu atau penyendiri. Menjadi pendengar yang setia, siap menerima curhat anak cowok yang biasanya berhubungan dengan identitas dirinya sebagai remaja. Menjadi teman yang peduli dengan masalah seputar anak baru gede ini, dan mendukungnya selalu. Sesekali bisa juga menjadi teman hangout manakala ingin jalan-jalan ke satu tempat. Saya bahkan sering jalan berdua, bergantian dengan si sulung atau si bungsu.
Karena si bungsu masih di sekolah, dan bapaknya di luar kota, saya hanya berdua dengan si sulung jalan-jalan di Pasar Semawis saat perayaan Imlek tahun ini.
2. Memaafkan Ketika Berbuat Salah
Namanya juga anak, usianya baru belasan tahun dan sesekali pernah melakukan kesalahan. Sepanjang kesalahan yang dilakukan masih dalam batas kewajaran, tentu saja sebagai ibu wajib memaafkan.
Apa saja sih kesalahan yang masih dalam batas wajar?
Kalo menurut saya sih, kesalahan karena si anak bertindak tanpa sengaja. Atau terlupa mengerjakan tugas membantu di rumah, seperti membuang sampah, menyapu, betanggung jawab dengan barang miliknya sendiri. Nah, ini kesalahan yang bisa dengan mudah saya maafkan. Tentu saja tetap ada keharusan bagi anak saya untuk tetap mengerjakan tugasnya.
Mungkin kesalahan yang dilakukan anak berbeda bagi tiap orang tua, jadi tentunya nggak bisa disamaratakan. Tapi untuk kesalahan fatal seperti mengambil barang yang bukan miliknya, berbohong untuk menutupi kesalahan, saya dengan keras akan menghukum anak. Meski selama ini sih anak-anak belum / tidak melakukan hal tersebut.
Satu hal yang paling tidak disukai oleh anak-anak, adalah sikap suka menuduh dari orang tua. Kan sering kita lupa, sehingga meski anak enggak melakukan kesalahan, kita udah menuduh sedemikian rupa.
Melihat sekilas ada foto seorang teman perempuan di hape, langsung main tuduh, hahaha *curhaaat*
Yang paling nyaman memang lebih baik bertanya langsung, foto-foto yang kita lihat itu foto kegiatan apa, misalnya.
"Itu foto siapa yang ada di hape, Kakak?"
Nah, dengan bertanya begitu lebih nyaman bagi anak-anak untuk menjelaskan foto siapa yang ada di foto.
3. Menerima Pilihan/Cita-Cita Anak
Kayaknya sekarang nggak mungkin lagi memaksakan kehendak pilihan sekolah ataupun jurusan bagi anak-anak. Bahkan sejak usia SD, saya dan suami sudah membahas pilihan sekolah Milzam dan Naufal.
Sebagai orang tua, kami memberikan beberapa alternatif pada si sulung dan adiknya. Juga kelebihan dan kekurangan tentang pilihan sekolah A dan B, atau C. Begitu pun ketika lulus SMK, si sulung malah berbelok arah dengan mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan jurusan sekolahnya di SMK. Kami tetap mendukung dan memberinya restu.
Bagaimana pun juga, kelak yang menjalani pekerjaannya adalah si anak, bukan kita. Jadi semoga pilihannya memang merupakan passion anak-anak kita, bukan pilihan orang tua karena gengsi semata.
4. Memberi Kebebasan Yang Bertanggungjawab
Menginjak usia remaja, yang paling diinginkan anak adalah kebebasan. Masih ingatkah kita jaman masuk usia belasan tahun? Ketika sudah berseragam abu-abu, dan masih tetap mendapat pengawasan penuh orang tua? Pengennya nonton bioskop hari Senin, karena ada harga khusus. Tapi mana boleh sama Mama/Ibu? Alasannya mesti belajar, mengerjakan tugas sekolah, dan yang lainnya. Atau mesti pulang gasik gak kemana-mana tiap kali usai jam belajar di sekolah.
Anak sekarang masih sama sih sebenarnya dengan jaman dulu. Mereka yang hobi nonton, tetap saja mencari alasan agar diijinkan pergi meski bukan hari Sabtu atau Minggu.
Nah, kebetulan anak-anak lebih suka nonton film di rumah dengan fasilitas yang seadanya. Nonton film di PC atau Laptop ketika DVD Player di rumah rusak. Pernah sih nonton di bioskop hari Senin, ketika mereka masih pelajar usai mengikuti hari terakhir Ujian Nasional. Ya sesekali refreshing boleh lah, pasti saya ijinkan.
Saya kasih bocoran ya, tentang perjanjian saya dengan anak-anak tentang kebebasan ini. Selama ini saya justru nggak pernah membatasi jam kepulangan anak-anak dari sekolah. Tapi mereka malah selalu tepat waktu setibanya di rumah.
Mengapa tanpa larangan, justru anak-anak saya pulang tepat waktu?
Jawabnya adalah ketika berangkat sekolah, mereka tahu mesti pamit dulu setiap kali mau mampir ke suatu tempat usai jam belajar. Pihak sekolah juga sudah memberikan jadwal ekstrakurikuler yang diikuti oleh anak-anak. Nah, mungkin karena tipe anak-anak saya juga, yang lebih senang berada di rumah dari pada mampir kemana-mana usai pulang sekolah.
5. Ciptakan Rumah Yang Nyaman Bagi Anak
Ini sih sebenarnya udah sering dibahas oleh pakar psikolog ya. Dan saya yakin, teman-teman yang udah lama berstatus ibu, pasti sudah melakukan berbagai tindakan agar anak-anak merasa nyaman di rumah sendiri. Kalo perlu biarkan anak-anak yang mengajak teman-temannya bermain di rumah. Jadi kita bisa tahu dan mengenal teman-teman mereka dengan ikut menyambut ketika berkunjung ke rumah.
Kalo masih usia di bawah 12 tahun sih gampang, tinggal siapkan mainan, buku, ataupun makanan favorit untuk anak-anak dan teman-temannya.
Tapi kalo anak-anak udah mulai remaja, harus pintar membaca keinginan mereka, agar mau mengundang teman-temannya di rumah. Biasanya saya ijinkan anak-anak memilih ruangan yang ingin dijadikan tempat ngumpul bareng temannya. Boleh di kamar, ruang tamu, atau kadang di teras. Saya juga menyediakan cemilan yang murah meriah, nggak mesti makanan mahal. Kadang juga saya bikinkan jajanan kesukaan anak-anak, yang juga sering dibawa ke sekolah. Jadi temannya ini pasti suka karena sering ikut menikmati bekal anak-anak.
Kebetulan di rumah ada fasilitias Wi-fi, jadi teman anak-anak bisa juga menggunakannya untuk tugas kelompok.
6. Mengikuti Perkembangan Jaman
Bagi ibu-ibu yang bekerja atau pun di rumah, tetap lah upgrade diri dengan mengikuti perkembangan jaman. Apalagi sekarang internet nyaris merambah ke seluruh penjuru dunia. Bukan masanya lagi ibu-ibu tertinggal dengan perkembangan segala hal yang terjadi di muka bumi ini.
Dari mode, sosial media, teknologi, paling enggak seorang ibu bisa mengikuti perkembangan yang muncul. Jadi ketika anak kita meminta sesuatu, kita udah tahu terlebih dulu.
Pengetahuan ini penting untuk mengikuti sekaligus mengawasi polah tingkah anak-anak ketika mereka menggunakan internet. Channel Youtube apa yang diihat anak kita, website apa yang baru saja ditelusuri anak, mesti bisa kita awasi. Dari sini kita bisa menyisipkan pengetahuan dan aturan, serta garis besar hal-hal yang boleh dan tidak boleh diketahui anak-anak dari internet.
7. Mendoakan Setiap Hari
Doa seorang ibu in syaa Allah diijabah Tuhan. Jadi, satu yang tak boleh dilupakan adalah, mendoakan anak-anak setiap hari. Doakan doa terbaik untuk anak-anak kita, agar kebaikan pula yang bakal menemaninya. Karena doa akan melindungi anak-anak dari berbuat keburukan, mendekat pada kebaikan.
Ketujuh usaha menjadi Mama atau Ibu yang keren dan menjadi sahabat bagi anak, yang saya tulis di atas mungkin bisa pula ditambahkan oleh teman-teman. Mengingat pengalaman setiap orang tua tidak lah sama.
Nah, hingga detik ini anak-anak saya selalu terbuka dan menganggap saya dan bapaknya sebagai tempat mereka bercerita. Tentang harapannya kelak ketika bekerja, cita-citanya, impiannya, dan juga lingkungannya selama ini.
Kalau pun mereka enggan bercerita, sebagai orang tua mestinya kita bisa mencari celah agar anak-anak terbiasa ngobrol. Agar ketika ada masalah, mereka datang pada kita dan memberikan solusi dengan duduk bersama menemukan jalan terbaik. Bukan pada temannya, yang belum tentu bisa memberikan jalan terbaik pada anak kita.
Jadi, tetap lah berusaha menjadi Mama yang keren dan bisa bersahabat dengan anak cowok yang mulai remaja. Semoga dengan menjadi sahabatnya, anak-anak kita dilindungi dari pergaulan yang tidak baik. Wassalamu'alaikum.
Yang makin bikin hati seorang ibu makin baper adalah saat seorang teman lawan jenis yang sesekali berkunjung ke rumah. Pengennya sih pura-pura nggak peduli, ntar jadinya salah karena terlalu memberi kebebasan. Tapi kalo pengen tahu, si anak bisa aja langsung memasang wajah tak suka.
Dan masih ada belasan peristiwa dan keadaan yang kadang menimbulkan salah persepsi dari orang tua pada anak remajanya. Atau muncul salah komunikasi antara orang tua dengan sang anak. Gimana sih agar jangan sampai muncul perasaan cemas, sikap tak suka, atau bermusuhan antara orang tua dengan anak laki-laki yang mulai remaja? Gimana agar kita menjadi sahabat bagi anak cowok dan menjadi tempat mereka curhat?
Sesekali hangout bareng usai menjemput sekolah |
Yuk yuk, kita sharing dan mengupas satu persatu permasalahan klasik ini.
1. Pendengar Yang Setia
Saat seorang anak yang mulai memasuki masa remaja, sering muncul sikap tidak percaya diri. Perkembangan mental anak remaja yang baru gede ini tak sama antara satu dengan yang lain. Sebagai orang tua, hal pertama adalah menjadi pendengar yang setia.
Terutama saat pertama menginjakkan kaki di lingkungan yang baru, misal sekolah baru, rumah baru, atau pergaulan di satu tempat bimbingan belajar. Bagi anak-anak yang memiliki sifat terbuka, lingkungan baru ini tak begitu mengganggunya. Beda dengan anak yang sejak awal memang terlahir menjadi pribadi penyendiri, tak mudah bergaul dan susah masuk dalam lingkaran pertemanan. Anak-anak seperti ini biasanya akan sulit menerima teman baru.
Di rumah lah, sikap menjadi teman sangat dibutuhkan oleh anak-anak tipe pemalu atau penyendiri. Menjadi pendengar yang setia, siap menerima curhat anak cowok yang biasanya berhubungan dengan identitas dirinya sebagai remaja. Menjadi teman yang peduli dengan masalah seputar anak baru gede ini, dan mendukungnya selalu. Sesekali bisa juga menjadi teman hangout manakala ingin jalan-jalan ke satu tempat. Saya bahkan sering jalan berdua, bergantian dengan si sulung atau si bungsu.
Karena si bungsu masih di sekolah, dan bapaknya di luar kota, saya hanya berdua dengan si sulung jalan-jalan di Pasar Semawis saat perayaan Imlek tahun ini.
2. Memaafkan Ketika Berbuat Salah
Namanya juga anak, usianya baru belasan tahun dan sesekali pernah melakukan kesalahan. Sepanjang kesalahan yang dilakukan masih dalam batas kewajaran, tentu saja sebagai ibu wajib memaafkan.
Apa saja sih kesalahan yang masih dalam batas wajar?
Kalo menurut saya sih, kesalahan karena si anak bertindak tanpa sengaja. Atau terlupa mengerjakan tugas membantu di rumah, seperti membuang sampah, menyapu, betanggung jawab dengan barang miliknya sendiri. Nah, ini kesalahan yang bisa dengan mudah saya maafkan. Tentu saja tetap ada keharusan bagi anak saya untuk tetap mengerjakan tugasnya.
Mungkin kesalahan yang dilakukan anak berbeda bagi tiap orang tua, jadi tentunya nggak bisa disamaratakan. Tapi untuk kesalahan fatal seperti mengambil barang yang bukan miliknya, berbohong untuk menutupi kesalahan, saya dengan keras akan menghukum anak. Meski selama ini sih anak-anak belum / tidak melakukan hal tersebut.
Satu hal yang paling tidak disukai oleh anak-anak, adalah sikap suka menuduh dari orang tua. Kan sering kita lupa, sehingga meski anak enggak melakukan kesalahan, kita udah menuduh sedemikian rupa.
Melihat sekilas ada foto seorang teman perempuan di hape, langsung main tuduh, hahaha *curhaaat*
Yang paling nyaman memang lebih baik bertanya langsung, foto-foto yang kita lihat itu foto kegiatan apa, misalnya.
"Itu foto siapa yang ada di hape, Kakak?"
Nah, dengan bertanya begitu lebih nyaman bagi anak-anak untuk menjelaskan foto siapa yang ada di foto.
3. Menerima Pilihan/Cita-Cita Anak
Kayaknya sekarang nggak mungkin lagi memaksakan kehendak pilihan sekolah ataupun jurusan bagi anak-anak. Bahkan sejak usia SD, saya dan suami sudah membahas pilihan sekolah Milzam dan Naufal.
Sebagai orang tua, kami memberikan beberapa alternatif pada si sulung dan adiknya. Juga kelebihan dan kekurangan tentang pilihan sekolah A dan B, atau C. Begitu pun ketika lulus SMK, si sulung malah berbelok arah dengan mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan jurusan sekolahnya di SMK. Kami tetap mendukung dan memberinya restu.
Bagaimana pun juga, kelak yang menjalani pekerjaannya adalah si anak, bukan kita. Jadi semoga pilihannya memang merupakan passion anak-anak kita, bukan pilihan orang tua karena gengsi semata.
4. Memberi Kebebasan Yang Bertanggungjawab
Menginjak usia remaja, yang paling diinginkan anak adalah kebebasan. Masih ingatkah kita jaman masuk usia belasan tahun? Ketika sudah berseragam abu-abu, dan masih tetap mendapat pengawasan penuh orang tua? Pengennya nonton bioskop hari Senin, karena ada harga khusus. Tapi mana boleh sama Mama/Ibu? Alasannya mesti belajar, mengerjakan tugas sekolah, dan yang lainnya. Atau mesti pulang gasik gak kemana-mana tiap kali usai jam belajar di sekolah.
Anak sekarang masih sama sih sebenarnya dengan jaman dulu. Mereka yang hobi nonton, tetap saja mencari alasan agar diijinkan pergi meski bukan hari Sabtu atau Minggu.
Nah, kebetulan anak-anak lebih suka nonton film di rumah dengan fasilitas yang seadanya. Nonton film di PC atau Laptop ketika DVD Player di rumah rusak. Pernah sih nonton di bioskop hari Senin, ketika mereka masih pelajar usai mengikuti hari terakhir Ujian Nasional. Ya sesekali refreshing boleh lah, pasti saya ijinkan.
Saya kasih bocoran ya, tentang perjanjian saya dengan anak-anak tentang kebebasan ini. Selama ini saya justru nggak pernah membatasi jam kepulangan anak-anak dari sekolah. Tapi mereka malah selalu tepat waktu setibanya di rumah.
Mengapa tanpa larangan, justru anak-anak saya pulang tepat waktu?
Jawabnya adalah ketika berangkat sekolah, mereka tahu mesti pamit dulu setiap kali mau mampir ke suatu tempat usai jam belajar. Pihak sekolah juga sudah memberikan jadwal ekstrakurikuler yang diikuti oleh anak-anak. Nah, mungkin karena tipe anak-anak saya juga, yang lebih senang berada di rumah dari pada mampir kemana-mana usai pulang sekolah.
5. Ciptakan Rumah Yang Nyaman Bagi Anak
Ini sih sebenarnya udah sering dibahas oleh pakar psikolog ya. Dan saya yakin, teman-teman yang udah lama berstatus ibu, pasti sudah melakukan berbagai tindakan agar anak-anak merasa nyaman di rumah sendiri. Kalo perlu biarkan anak-anak yang mengajak teman-temannya bermain di rumah. Jadi kita bisa tahu dan mengenal teman-teman mereka dengan ikut menyambut ketika berkunjung ke rumah.
Kalo masih usia di bawah 12 tahun sih gampang, tinggal siapkan mainan, buku, ataupun makanan favorit untuk anak-anak dan teman-temannya.
Tapi kalo anak-anak udah mulai remaja, harus pintar membaca keinginan mereka, agar mau mengundang teman-temannya di rumah. Biasanya saya ijinkan anak-anak memilih ruangan yang ingin dijadikan tempat ngumpul bareng temannya. Boleh di kamar, ruang tamu, atau kadang di teras. Saya juga menyediakan cemilan yang murah meriah, nggak mesti makanan mahal. Kadang juga saya bikinkan jajanan kesukaan anak-anak, yang juga sering dibawa ke sekolah. Jadi temannya ini pasti suka karena sering ikut menikmati bekal anak-anak.
Kebetulan di rumah ada fasilitias Wi-fi, jadi teman anak-anak bisa juga menggunakannya untuk tugas kelompok.
6. Mengikuti Perkembangan Jaman
Bagi ibu-ibu yang bekerja atau pun di rumah, tetap lah upgrade diri dengan mengikuti perkembangan jaman. Apalagi sekarang internet nyaris merambah ke seluruh penjuru dunia. Bukan masanya lagi ibu-ibu tertinggal dengan perkembangan segala hal yang terjadi di muka bumi ini.
Dari mode, sosial media, teknologi, paling enggak seorang ibu bisa mengikuti perkembangan yang muncul. Jadi ketika anak kita meminta sesuatu, kita udah tahu terlebih dulu.
Pengetahuan ini penting untuk mengikuti sekaligus mengawasi polah tingkah anak-anak ketika mereka menggunakan internet. Channel Youtube apa yang diihat anak kita, website apa yang baru saja ditelusuri anak, mesti bisa kita awasi. Dari sini kita bisa menyisipkan pengetahuan dan aturan, serta garis besar hal-hal yang boleh dan tidak boleh diketahui anak-anak dari internet.
7. Mendoakan Setiap Hari
Doa seorang ibu in syaa Allah diijabah Tuhan. Jadi, satu yang tak boleh dilupakan adalah, mendoakan anak-anak setiap hari. Doakan doa terbaik untuk anak-anak kita, agar kebaikan pula yang bakal menemaninya. Karena doa akan melindungi anak-anak dari berbuat keburukan, mendekat pada kebaikan.
Ketujuh usaha menjadi Mama atau Ibu yang keren dan menjadi sahabat bagi anak, yang saya tulis di atas mungkin bisa pula ditambahkan oleh teman-teman. Mengingat pengalaman setiap orang tua tidak lah sama.
Nah, hingga detik ini anak-anak saya selalu terbuka dan menganggap saya dan bapaknya sebagai tempat mereka bercerita. Tentang harapannya kelak ketika bekerja, cita-citanya, impiannya, dan juga lingkungannya selama ini.
Kalau pun mereka enggan bercerita, sebagai orang tua mestinya kita bisa mencari celah agar anak-anak terbiasa ngobrol. Agar ketika ada masalah, mereka datang pada kita dan memberikan solusi dengan duduk bersama menemukan jalan terbaik. Bukan pada temannya, yang belum tentu bisa memberikan jalan terbaik pada anak kita.
Jadi, tetap lah berusaha menjadi Mama yang keren dan bisa bersahabat dengan anak cowok yang mulai remaja. Semoga dengan menjadi sahabatnya, anak-anak kita dilindungi dari pergaulan yang tidak baik. Wassalamu'alaikum.
Waw..tips yang te o pe banget mbak meski saya gak punya anak cowok.Mbak Wati emang mamah yang gaul abiss..
BalasHapusKalo gitu bikin dong artikel menemani masa pertumbuhan remaja putri, mbak Sofy :)
HapusWaw..tips yang te o pe banget mbak meski saya gak punya anak cowok.Mbak Wati emang mamah yang gaul abiss..
BalasHapusSemua bisa kok jadi mamah gaul, yang penting ngerti keinginan si anak, hehehe
HapusTernyata jagoan-jagoannya udah pada remaja ya mba. Siap mengawal ibunda tercinta kemanapun :) Ini pasti juga hasil jepretaan kamera hape baru ya,mbak. Duh keren bingits :)
BalasHapusSudah remaja dan mulai beranjak dewasa, hehehe
HapusMak sulis kece. Udah keliatan kok Mak Sulis itu orangnya seru pas ketemu pertama kali di East Park juga banyak senyum dan keliatan dgn kepribadiannya yg hangat dan keibuan...
BalasHapustak pikir anaknya dah kuliah...kan bsa diajak kenalan #Eh
*MintaDijitak wkwkwkwkwkw :p
Emang udah mahasiswa yang sulung, mbak, hehehe
HapusMama keren.. Katanya anak cowok kalau udah besar suka susah deket sama mamanya.
BalasHapusTapi Mba Hidayah bisa euy.. Top tipsnya.
Hhhmmm gmn ya masa remaja arkaan nantinya hehe
BalasHapusterharu nih mbak...bisa jadi ilmu untuk kedepannya...
BalasHapusaku mau belajar banyak nih mbak, anakku dua2nya cowo juag soalnya
BalasHapusHihi..liat ortu sama anak2 cowoknya bergaya kayak gitu jadi ngiri..pengen anak-anakku cepet gede..hihi
BalasHapusby the way...cowok2nya mbak Wati emang keren deh *tak pek mantu piye mbak? hihi :p
Tipsnya oke banget Mbk, aku simpan buat persiapan kalo 2 anak cowokkubkelak remaja
BalasHapusmamah dan anak keliatan banget nih kompaknya, saya catet mbak untuk bekal ketika Alfi besar
BalasHapushihii mirip nih dengan putri sulungku dan papanya. Diajak foto pake muka bebek ya mau-mau aja. Kalo aku yang diajak foto, aku maunya foto cantik doang, nggak seru kata putriku haha.
BalasHapus