Halo temans, semoga semuanya dalam keadaan sehat ya, aamiin.
Ceritanya saya mau berbagai pengalaman sebagai pemateri workshop nulis minggu lalu di sebuah sekolah swasta di Semarang. Kegiatan yang digagas oleh Fabercastell dengan menggandeng tulisen.com, Forum Lingkar Pena dan IIDN Semarang ini, bekerja sama menyelenggarakan School Visit Program di 5 kota di Indonesia. Yaitu di Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan Bali. Nah, apa bisa saya yang belum punya buku solo sok gaya jadi pemateri? Ini nih ceritanya, temans.
Setelah dua hari sebelumnya saling japrian dengan mba Dewi 'Dedew' Rieka, penulis buku hits Anak Kos Dodol dan ketua Korwil IIDN Semarang, saya yakin dan mantap menjadi pemateri acara School Visit di SMP Hidayatullah, Semarang. Saya juga sempat japrian sama mba Intan Savitri dari Tulisen.com. Okee deh, saya siap maju perang menjadi pemateri workshop nulis pada hari Senin tanggal 19 Oktober 2015.
Hari H, atau Senin tanggal 19 Oktober telah di depan mata. Setelah minta doa restu dari teman-teman IIDN Semarang, takutnya kalo saya bikin malu mereka, saya siap di lokasi tepat pukul 8.53 WIB. Diantar suami karena jalan dari rumah menuju SMP - SMA Hidayatullah itu macet kalo pagi. Jadi kami lewat tol biar cepet. Tarik napas panjaaaang, itu kata suami. Eh, enggak lah. Saya yang tarik napas setelah suami memberi support, katanya saya pasti bisa.
Aihhh, pakbojo emang selalu menjadi pemandu sorak saya yang pualinggg setia selama hampir belasan ribu hari. *Sungkem*
Pelataran gedung sekolah SMP - SMA Hidayatullah yang terletak di daerah Banyumanik, Semarang terlihat sepi. Tak ada mobil dengan logo Faber-Castell di tempat parkir. Apa saya salah hari? Pikir saya agak galau. Tapi saya buka chatting di WA, udah bener. Ya udah lah, saya masuk aja ke lobby sekolah.
Yang bikin saya nervous adalah saat guru Bahasa Indonesia sekolah meminta saya agar segera memulai kegiatan workshop nulis. What???
Saya udah berdalih kalo semua perlengkapan workshop yang menyiapkan adalah pihak Fabercastell_id.
"Nggak apa bu Wati. Perkenalan saja dulu, kasihan anak-anak sudah siap di aula."
Oh, okeee, nggak mungkin saya banyak dalih kaaan? Nggak mungkin juga saya balik kanan, lari ke mobil suami yang ternyata udah nggak ada di parkiran. *Dugh*
The show must go on, meski saya sadar kalo perkenalan enggak butuh waktu lebih dari lima menit. Sementara mbak Intan dari Tulisen.com baru aja ngabari kalo crew Fabercastell sedang otw. Yess, i'm ready.
Saya mengikuti langkah Guru Bahasa Indonesia ke dalam aula. Begitu berada di dalamnya, saya kaget. Ada puluhan anak yang siap menanti materi dari saya. Oh my God! Mba Dew bilang anak yang ikut cuma 40an. Ini sih ada lebih dari 40 siswa.
Berbagai kegiatan selama workshop nulis cerpen |
"Pesertanya ada 40 dari siswa SMA, dan 60 siswa SMP,"
Penjelasan guru bahasa tertangkap indera pendengaran saya. Good, semakin baik keadaan yang saya hadapi. Tapi kan saya harus terlihat profesional. Jadiii, saat akhirnya saya harus tampil di hadapan 100 siswa, saya siap. FYI, ini adalah pertama kali saya memberi materi tentang menulis. *Don't laugh it*
Setelah berdoa dalam hati, saya langsung memperkenalkan diri di hadapan siswa SMP - SMA Hidayatullah. Awal perkenalan, alhamdulillah lancar, temans. Untuk mencairkan suasana, saya berkenalan dengan menyebut diri saya kakak.
"Panggil saya kakak aja ya, dan kalian akan saya sebut adekk..."
Dan mereka tertawa ketika saya bilang,"Biar awet muda kalo dipanggil kakak."
Ah, saya udah bisa menggerakkan bibir mereka agar tertawa.
Sesekali saya menengok ke arah pintu yang tetap tenang, tak ada tanda-tanda crew Fabercastell muncul. Saya pun mulai bercerita tentang dunia yang mengasyikkan, yaitu menulis. Tentang kesempatan yang terbuka lebar bagi remaja yang menyukai kegiatan menulis. Bla bla bla, saya bercerita bagaimana perkenalan saya pertama kali dengan dunia menulis. Saya berbagi cerita tentang tulisan pertama yang saya kirim ke media saat kelas 2 SMA, dan ternyata langsung dimuat di Suara Merdeka. Sebuah keberhasilan yang tak terduga, dan membuat saya ingin terus menulis.
Sesekali saya menengok ke arah pintu yang tetap tenang, tak ada tanda-tanda crew Fabercastell muncul. Saya pun mulai bercerita tentang dunia yang mengasyikkan, yaitu menulis. Tentang kesempatan yang terbuka lebar bagi remaja yang menyukai kegiatan menulis. Bla bla bla, saya bercerita bagaimana perkenalan saya pertama kali dengan dunia menulis. Saya berbagi cerita tentang tulisan pertama yang saya kirim ke media saat kelas 2 SMA, dan ternyata langsung dimuat di Suara Merdeka. Sebuah keberhasilan yang tak terduga, dan membuat saya ingin terus menulis.
Tanpa terasa 30 menit lebih waktu berjalan dan siswa siswi yang hadir sangat menikmati cerita saya. Suasana mulai cair ketika saya menggali minat mereka tentang membaca. Sebuah kegiatan penting yang wajib dilakukan oleh penulis. Saya bilang, kalo ingin jadi penulis, modalnya hanya membaca, membaca dan membaca. Kemudian berlatih menulis setiap hari.
Tiba-tiba crew Fabercastell sudah tiba di aula. Mereka masih mempersiapkan pendukung workshop, jadi saya pun melanjutkan perbincangan yang sempat jeda sejenak.
Begitu siap, saya mulai menyampaikan inti materi workshop "Pelatihan Menulis Cerpen". Saya udah mempelajari materi sebelumnya, jadi cukup mudah bagi saya memperkenalkan teknik dasar menulis cerpen. Siswa yang ikut pelatihan juga sangat kooperatif. Saya memilih interaksi dengan mengajak mereka mengutarakan apa yang mereka tahu tentang cerpen. Yang dasar saja seperti tokoh, karakter, plot, setting dan konflik.
Yang menarik adalah saat akhirnya kami tiba dalam pembacaan Cerpen. Banyak yang mengajukan diri. Saat saya memilih 5 siswa, ternyata ada yang protes. Yang maju ke depan semua berseragam biru.
"Kak, lima lagi dong untuk kami yang SMA," seorang siswi mengusulkan pada kami.
Setelah kesepakatan dengan pihak Fabercastell, akhirnya terpilih masing-masing 5 siswa dari SMP dan SMA. Mereka diharapkan memahami cerita pendek yang sudah disiapkan oleh pihak Forum Lingkar Pena. Cerpen berjudul "Hayat yang ingin Menulis Cepen" ini dijadikan contoh untuk tugas usai materi nantinya.
Oh iya, pihak Fabercastell berbaik hati memberikan 10 pulpen untuk semua pembaca cerpen ini. Ah, senangnyaaa.
Ya, semangat dan minat serta sikap kooperatif mereka bikin saya percaya diri tampil menjadi pemateri latihan menulis cerpen. Sementara saya bukan lah penulis terkenal. Karya buku solo saja saya belum punya, Insyaa Allah sedang dalam proses kreatif sekarang. Tapi saya yakin bisa berbagi pengalaman selama saya menulis cerpen yang pernah dimuat di media.
Saya hanya beranggapan, pengalaman menulis yang saya miliki memang masih sedikit. Namun dari yang sedikit ini bila untuk berbagi, Insyaa Allah saya malah menerima banyak ilmu. Buktinya, malam sebelum kegiatan ini, saya membaca lagi beberapa teknik menulis cerpen. Kalo nanti ada siswa yang tanya di luar materi, saya harus bisa menjawab, kan?!
Saya berani menjadi pemateri workshop nulis cerpen |
Acara berikutnya adalah promo produk alat tulis Fabercastell sebagai pengusung ide Visit School. Kemudian dilanjut dengan Lomba Menulis Cerpen Internal. Karena peserta ada 100 siswa, tentu saja saya meminta bantuan guru Bahasa Indonesia untuk menyeleksi naskah dari siswa SMP SMA ini. Terus terang saya agak bingung memilih cerpen karya siswa siswi sekolah ini. Banyak yang bagus, ada beberapa yang memilih tema out of the box. Good job, adek-adek :D
Sibuk menulis cerpen |
Foto bersama tiga penulis cerpen terbaik |
Dari kegiatan ini, hasil tulisan mereka nantinya akan dipilih oleh
tulisen.com. Rencananya tulisan yang layak akan dibuat buku digitalnya. Tak hanya itu, pihak Fabercastell mengharapkan agar seluruh peserta pelatihan menulis cerpen ini bisa mengikuti kompetisi menulis cerpen. Ini adalah tahun ketiga kompetisi menulis, dan tema tehun ini adalah "MYSTERY". Yuk, ikut kompetisi ini, temans. Semua keterangan tentang lomba bisa dilihat di website Fabercastell.
Terima kasih pada mba Dewi "Dedew" Rieka dari IIDN Semarang, mba Intan Savitri dari tulisen.com, dan Faber-Castell Indonesia yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk berbagi pengalaman menulis. Terima kasih juga pada semua siswa siswi SMP SMA Hidayatullah beserta guru dan Kepala Sekolah yang telah bekerja sama sehingga kegiatan Visit School berjalan dengan lancar. Thanks God, Alhamdulillah.
Dokumentasi :
- Crew Faber-Castell
- Koleksi pribadi
Terima kasih pada mba Dewi "Dedew" Rieka dari IIDN Semarang, mba Intan Savitri dari tulisen.com, dan Faber-Castell Indonesia yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk berbagi pengalaman menulis. Terima kasih juga pada semua siswa siswi SMP SMA Hidayatullah beserta guru dan Kepala Sekolah yang telah bekerja sama sehingga kegiatan Visit School berjalan dengan lancar. Thanks God, Alhamdulillah.
Dokumentasi :
- Crew Faber-Castell
- Koleksi pribadi
asyiknya ya bisa berbagi dengan anak-anak sekolah
BalasHapussemoga lancar
BalasHapusselamat ya mbak Wati sudah sukses menjadi pemateri workshop menulis cerpen... :)
BalasHapusWaah...hebat mb Wati, sudah mirip2 sama motivator2 keren....
BalasHapusIsh...kerennya.....
BalasHapusKapan2 aku juga mau lah diajarin bikin cerpen mbak
Asiknya ya Mbak, jadi guru itu menyenangkan :)
BalasHapusAlhamdulillah iso komen, kemarin-kemarin gak iso e mbak, tiwas komen yang atas pendek gtu haha
BalasHapuskeren mba watii, anak-anaknya menyenangkan sekali yaa...semoga next jadwal SMV bisa segera keluar yaa dari Faber...
BalasHapusPensil ini sangat membantuku sekali waktu kelas 6 SD, makasih faber-castel. Tanpamu saya tak bisa mengerjakan soal ebtanas.... Hehehe
BalasHapuswehhhh senengnya heee
BalasHapus