HOROR MENEROR DI RUMAH NO 17 - Bagian 2 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 15 Mei 2015

HOROR MENEROR DI RUMAH NO 17 - Bagian 2

Gambar diambil dari sini
           

Bagian ke-2 

Meski mama memintaku agar tetap di kamar, aku tak mau menurut. Gimana kalo keempat sosok tadi muncul lagi? Aduuhhh, aku takut banget. Wajah yang serem, dengan kulit muka yang tak terlihat wajar. Apa yang membuat mereka menakutiku seperti itu?


Mama beranjak ke dapur, dengan aku di sampingnya. Memegang daster mama, dengan tatapan yang tak fokus. Aku menatap ke seputar ruangan di dalam rumah. Keringat masih enggan meninggalkan tubuhku. Meski tanganku terus mengusap pada bagian tubuh yang berkeringat.

"Kamu napa sih, Ka? Jangan kayak anak kecil, kok jadi penakut, sih."

Duh, mama enggak tahu sih apa yang aku hadapi barusan. Tapi mama tahu dari mana, kalo aku nggak cerita apa yang telah aku alami? Pikiranku terus saja bertarung, bingung memilih bungkam atau cerita pada mama.

Di dapur yang senyap, malam itu aku menghabiskan dua gelas air putih. Tak biasanya aku minum sebanyak itu. 

"Yuk, tidur lagi. Mama masih ngantuk nih, Ka," Ajak Mama sembari beranjak menuju kamar. 

Aku langsung berdiri, mengagetkan mama yang langsung balik badan dan memelototiku. Tapi aku tak peduli, meski mama marah. Aku enggak mau ditinggal sendirian. Bahkan aku terus mengekor mama hingga di kamar. Aku pindah tidur di kamar mama. Mengapa juga kami tidur terpisah? Bukankah mama juga selalu tidur sendiri? Karena papa bekerja di Jakarta dan pulang dua atau tiga bulan sekali. 

Seminggu telah berlalu. Aku masih juga enggan cerita pada mama. Aku tuh takut, mama nggak percaya dengan ceritaku. Aku mulai melupakan peristiwa terbangun dan menjumpai sosok yang mengerikan itu. Tapi aku tak pernah mau lagi tidur di kamarku. Ngeriii...

Suatu malam, aku masih mengerjakan tugas yang mesti dikumpulkan pagi harinya. Setelah libur karena kelas digunakan untuk kakak kelas 12 ujian nasional, tugas dari guru numpuk. Dan seperti biasa, aku selalu mengerjakan nyaris pada h-1. Terlaluuu...

Bima, adikku asik main PS. Berisik juga suaranya, mendesis, kadang berteriak senang kalo menang, tapi kadang juga meraung marah. Entah pada siapa ia mencurahkan ekspresinya itu. Dia kan main sendiri. 

Waktu mau menyimpan di flasdisk, aku baru ingat kalo benda itu masih tersimpan di laci meja belajar di kamar. Aku segera bangkit dari kursi dan masuk ke kamarku.

Tanpa prasangka, aku membuka pintu dan menjumpai sesosok mayat di lantai kamar. Seketika napasku sesak. Aku bahkan tak mampu menarik napas pelan. Dengan napas tersengal, aku mencoba mengucapkan istighfar. Tapi mulutku tak mampu mengucapkan satu kata pun. Apalagi sosok itu tak segera menghilang dari pandanganku. 

Aku terisak pelan. Tubuhku lemas, kakiku tak mampu menopang berat tubuhku. Aku memejamkan mata sambil bersandar pada kusen pintu kamar.

"Eka... ada apa? Bim, kakak napa ini?" 
Suara mama tertangkap indera pendengaranku. Namun suaranya terdengar dari arah yang jauh. Mama, bisikku dengan tenaga yang rasanya terkuras habis, gara-gara melihat sosok mengerikan itu lagi-lagi ada di lantai kamarku.

"Enggak tahu, emang kakak napa sih?"
"Bima, angkat kakak ke dalam kamar, bantuin Mama!"
Aku segera berontak dari pelukan kedua tangan mereka. Aku nggak mau masuk ke kamarku, begitu kalimat yang ingin kuucapkan. Namun mengapa lidahku tak mau bergerak? Isakanku makin keras, membuat mama makin bingung.

Bima akhirnya menuntun tubuhku berbaring di sofa ruang tamu. Menindih buku-buku yang ada di sofa. Aku masih tetap sadar, namun tak bisa merespon setiap ucapan mama atau Bima.

Mama duduk di lantai. Menatapku, mungkin menanti ceritaku. Bima sudah mematikan game yang sempat membuatnya asik hingga tak menyadari apa yang barusan aku saksikan di lantai kamar. Aku masih terdiam. Ingin sekali bisa menghapus memori ingatanku yang merekam dengan jelas setiap inchi tubuh sosok mengerikan itu. Tapi, makin aku berusaha melupakan, sosok itu makin jelas tercetak di depan mataku, 

"Eka, kamu sakit? Pusing?"

"Eka mau tidur di kamar mama sekarang."

Mama mengangguk. Tidakk protes meski aku tak menjawab pertanyaannya. Dengan bantuan Bima, aku berjalan ke kamar mama.

Sejak kejadian malam pertama aku menjumpai sosok mengerikan di lantai kamar, aku tak pernah lupa membawa tasbih. Kali ini aku pun meraih tasbih di dalam saku. Melafalkan tasbih, tahmid, istighfar dan doa. Mungkin lelah berdzikir, membuat aku tertidur lebih cepat. Tak peduli dengan tugas dari guru yang belum kelar kukerjakan.

Pagi itu aku bangun lebih pagi. Pukul 04.00 tepat, mataku terbuka dengan waspada. Di sampingku mama masih tertidur. Aku kasihan pada mama, yang terus mendampingiku di dalam kamar. Dengan perasaan waspada pula aku beringsut melirik ke lantai kamar. Kosong!

Aku menarik napas panjang. Dan mama pun terbangun saat aku bergerak ingin turun dari tempat tidur. 

"Eka belum nyelesain tugas, Ma."
"Hmm, bentar Ka... Mama bingung, semalam tuh kamu ngapain?"
Aku menatap wajah mama yang terlihat sedih.
"Yuk temani Eka di luar. Nanti Eka cerita semua pada Mama," Ajakku.

Mama mengikuti langkahku menuju ruang tamu. Buku-bukuku masih berserakan. Aku segera meneruskan tugas yang semalam kutinggal. Bima sudah berbaik hati mematikan laptopku. Juga mengambilkan flashdisk dari dalam kamar. Aku sekarang benar-benar enggan berada di kamarku sendiri. Kecuali kalo pagi hingga siang hari.

"Semalam Eka tuh ngelihat pocongan dengan muka hangus, Ma," Aku mulai cerita dan menatap wajah mama.

Mama tak terlihat kaget. Hanya mengangguk, dan itu mengusik penasaran di hatiku.
"Mama percaya kan? Yang dulu Eka bangun tengah malam, itu juga karena ngelihat sosok yang sama. Empat malah, yang satu panjang dibanding tiga sosok lain. Eka ngeri banget lihat mukanya yang hangus gitu."

"Kamu takut?"
"Mama bercanda, ya? Ya mesti takut lah."
"Eka, kamu tuh sebenarnya sudah lama bisa melihat makhluk halus. Cuma selama ini kita tinggal di rumah yang kosong, penghuninya baik dan enggak menakutkan."

Aku mengernyit bingung. Apa maksud mama?

"Mama sebenarnya udah ngerasa aneh pas awal tinggal di rumah ini. Tapi karena udah terlanjur bayar kontrakannya, ya udah kita tetap di sini."
"Kan kita udah lama tinggal di sini, udah setahun lebih?!"
"Selama ini sih memang enggak mengganggu. Sejak ruangan belakang itu Mama jadikan tempat shalat, baru deh makhluk-makhluk itu gentayangan ke dalam rumah," Jelas mama dengan tenang.

Mama memang pemberani. Shalat tahajud tiap malam dilakoni mama. Aku tuh hanya mau shalat kalo ditemani Bima atau mama. Mana berani aku bangun tengah malam untuk shalat tahajud.

"Ma, Eka takut kalo nanti muncul lagi... "
Mama tak menjawab ketakutanku. Mama hanya berpesan bahwa aku harus menerima takdirku. Bisa melihat sosok makhluk halus. Aku harus kuat karena itu anugrah yang diberikan oleh Allah Swt. Aku hanya harus berusaha memahami kelebihan yang aku miliki ini tanpa menjadi lemah. Tentunya aku harus memperbanyak baca Quran, melatih keberanianku, bahwa mereka itu makhluk lemah. Dan aku adalah manusia, makhluk yang istimewa karena memiliki kekuatan, yaitu menunaikan tugas di muka bumi sebagai umat yang mulia. 

Saat itu aku bertanya pada mama, bisakah 'daya penglihatanku' ini dihapus? Aku tak mau melihat sosok makhluk halus, secantik apa pun itu. Aku takut kalo itu bisa membuatku tak mampu lagi hidup nyaman di muka bumi ini.

(Based on true story, kisah putri ibu Yani kepada penulis)

Nb :
Hingga kisah ini dituturkan, Eka sudah bisa menerima kelebihan yang dimilikinya. Meski ia masih takut, namun sikapnya tak lagi histeris bila menjumpai makhluk halus. Orang tuanya dibantu tetangga, telah berikhtiar dengan mengundang ustadz dan melakukan ruqyah di rumah itu. Namun sudah beberapa ustadz diundang, bahkan hingga paranormal, tak ada yang bisa sukses mengusir keberadaan sosok mengerikan.

Dari cerita penduduk asli wilayah itu, lokasi perumahan kami dulunya pernah dijadikan pembuangan jenazah korban kejahatan perang. Pantas saja banyak kejadian aneh di perumahan ini. Tak ada rumah yang bebas dari penghuni makhlus halus, bahkan rumah kami. Alhamdulillah penunggu rumah kami orang yang baik. Nanti saya ceritakan di kamis horor berikutnya.

28 komentar:

  1. hiii...akhirnya ke sini juga saya. naudzubillaahi min dzaalik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa mbak, nggak semenakutkan bayangan kita kok, hihihiii

      Hapus
  2. Emang sering juga sy denger org yg 'dianugrahi' bs liat yg gaib....tp ada yg berdamai dan sebaliknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di lingkungan rumah lama ini, banyak tetangga yg diberi "anugerah" bisa melihat makhluk gaib, wewww

      Hapus
  3. Merinding merinding baca ini mba ...

    BalasHapus
  4. kasihan ya dnegan anaknya. enggak enak kalau mata ketiga itu sudah terbuka, jadinya bisa ngelihat yang aneh-aneh. Kalau enggak bisa beradaptasi, bisa stress berat anaknya Mbak. Kalau saya untungnya enggak sampai ngelihat yang begituan. Hanya saja sedikit 'sensitif'. itu pun udah enggak nyaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sekarang sih udh bisa berdamai dengan anugerah yg dimilikinya itu. Trus keluarganya udh pindah dari rumah itu.

      Hapus
  5. Wahh kalo tiap kamis langganan ke sini ah~
    Sama kaya mak @Rebellina, saya juga gak bisa lihat hal yang begituan, tapi lebih sensitif kalo memang ada dan kadang bisa ngeliat walaupun cuma sekelibat,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiih Daryn, semoga aku bisa konsisten nulis horor tiap kamis.

      Biarpun sekelebat, bikin merinding juga lo, aku sering juga mengalami.

      Hapus
  6. Adik sepupu saya juga bisa melihat makhluk halus bun. Dulu sebelum menikah dia sering banget kesurupan. Dia juga sering melihat sosok yang menyerupai nenek dan kakek kami yang sudah meninggal. Kadang kasian ngeliatnya. Tapi kadang suka penasaran kalau ke tempat baru. Kalau dia diem aja berarti disana ada sesuatu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu susahnya punya saudara yg bisa ngelihat yg gaib, kita jadi tahu kondisi yg sama lewat sikapnya yg tiba diam, hmmm.

      Hapus
  7. hai mba... dalam islam, bisa melihat mahluk halus ity adalah tipu daya syetan. sebaiknya di ruqyah. tp harus beberapa kali...karna sepertinya syetan sudah menjerat lebih erat.....ditunggu kelanjutan ceritanya...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini udah dilakukan sampe 6 kali, udah mulai berkurang gangguan dr makhluk gaib, udah nggak histeris lagi.

      Makasih ya kunjungannya, tungguin aja tiap kamis, heheee

      Hapus
  8. wah bikin bulu kuduk berdiri terus baca artikelnya mbak Hidayah pas rumah sepi larut malam pula ..haduuuh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, tips dari aku, bacanya pas pagi atau kalo ada banyak orang di sekeliling kita, Tanty, hihihiiii

      Hapus
  9. Kasihan eka...
    Adik iparku jg begitu mbak...
    Dikontrakanku yg lama katanya mh nya sering nongol kalau kontrakan yg baru mh nya baek nggak ganggu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedih kalo ada orang dekat kita bisa melihat yg gaib, kita jadi ikut tahu dari ceritanya ya mbak

      Hapus
  10. Balasan
    1. Makasih udh bersabar menunggu kisah horor tiap kamis, Mifta :)

      Ayo share juga kalo punya cerita serupa.

      Hapus
  11. Salah satu muridku ada yg punya kelebihan ini Bunda. Anaknya pemberani. Kalo pas waktunya belajar, anaknya suka banget cerita sama saya kalo habis ketemu ini, itu, hiiiiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahhh, bikin merinding dengar ceritanya kan, Vhoy. Ayo tulis juga tema horor, hungrier, makin merinding lagi pas nulisnya nyaris tengah malam dan sendirian di depan laptop

      Hapus
  12. Seremmm ya ... saya plg penakut mknya suka gak mau kalo nonton film2 horor *_*

    BalasHapus
  13. Wah, gak bisa diusir ya... Dulu, waktu pertama kali pindah ke rumah yang sekarang aku sering lihat "yang aneh-aneh". Tapi semakin lama thank God menghilang :)

    BalasHapus
  14. Duh, makin serem aja, Mbk. >____<

    BalasHapus
  15. Aku jadi ingat mbak NItaninit Kasapink, mbak.. Mereka sekeluarga punya kelebihan melihat secara kasatmata. Aku sering ngobrol dengannya, dan memang mereka itu tak bisa diruqyah atau apalah itu..

    yang bisa kita lakukan hanya hidup dalam dunia kita sendiri saja, jadi ga saling mengganggu

    BalasHapus
  16. Aku harus menerima takdirku. Noted!
    Ihh..syerem mbak rumahmu..

    BalasHapus