Salah satu sudut kampung |
Remaja kampung yang kreatif |
Pernah dengar kampung Bustaman? Sebagian warga Semarang mungkin juga ada yang belum pernah mendengar tentang kampung ini. Kampung Bustaman terletak di antara jalan Petudungan dan Mt. Haryono a.k.a. Mataram. Juga dekat dengan Masjid Pekojan, yang terkenal dengan bubur India saat bulan Ramadhan.
Seperti umumnya kampung yang ada di tengah kota, Bustaman juga tidak memiliki ruang publik. Namun warga kampung yang kreatif tidak diam begitu saja agar bisa menikmati hangatnya bersosialisasi. Seperti di kampung Bustaman ini yang memiliki tempat nogkrong berupa 'Bok'. Fungsinya sebagai tempat berkumpul, sesama remaja, sekedar menggosip atau melakukan aktivitas lain. Atau bagi orang tua, sambil ngobrol dengan tetangga juga mengawasi anak-anaknya yang asyik bermain.
'Bok' sendiri merupakan bangunan yang terbuat dari bata dan semen di teras salah satu warga. Dengan lebar 60 centi dan panjang 3 meter. Remaja kampung Bustaman kemudian menamainya dengan istilah 'Bok Cinta'. Karena sebagai tempat berkumpul yang lebih berdimensi psikis dan menimbulkan citra positif. Yaitu dengan kebiasaan berkumpul ini menciptakan rasa saling memiliki, solidaritas dan juga sesekali menghasilkan ide kreatif. Apalagi remaja di kampung ini memiliki wadah berupa Ikatan Remaja Bustaman yang disingkat dengan IRB.
Hingga satu ketika, dua tahun lalu telah terselenggara proyek seni visual di kampung Bustaman ini. Saat itu saya masih ingat dengan sebutan TENGOK BUSTAMAN sebagai nama acaranya. Dan karena ingin mengulang sukses acara dua tahun lalu, kali ini BOK CINTA PROJECT bakal digelar mulai tanggal 31 Januari - 28 Februari 2015. Dalam project ini, 'BOK CINTA' dengan #TengokBustaman2 dimaknai lebih jauh sebagai kehausan masyarakat untuk mengakses ruang publik. Dengan mengajak seniman bekerja sama memaknai ulang ruang publik sebagai tempat berkumpul.
Acara ini dimaksudkan sebagai menghidupkan kampung. Sebagai warga Semarang, kita pasti tahu banyak kampung yang dulunya memiliki nilai historis telah menghilang di kota ini. Seperti Petempen yang telah lenyap dan berganti dengan mall serta apartemen.
Acara ini dimaksudkan sebagai menghidupkan kampung. Sebagai warga Semarang, kita pasti tahu banyak kampung yang dulunya memiliki nilai historis telah menghilang di kota ini. Seperti Petempen yang telah lenyap dan berganti dengan mall serta apartemen.
Sejak seminggu sebelum acara diresmikan, warga dibantu para kurator, mahasiswa bahu membahu menyiapkan lokasi acara. Seluruh kampung dihias dan dipermak agar makin cantik. Bok yang membujur di sepanjang gang digempur agar gang terlihat lebih luas. Tembok yang kotor dicat ulang. Juga dihias dengan karikatur yang menggambarkan kegiatan warga kampung Bustaman.
Tembok yang sudah dipercantik dengan gambar rumah dan jalan |
Ada juga hiasan capung terbuat dari kayu, yang dipasang di sepanjang gang dekat ruang sanitasi. Binatang capung dipilih karena memiliki peranan penting dalam ekosistem. Binatang ini hidup di lingkungan yang bersih dan belum tercemari oleh polusi. Kota yang sudah padat dengan penduduk, bakal susah menemukan populasi capung. Nah, binatang ini menjadi simbol Rindu Capung. Tak ada suasana ceria anak-anak yang berlarian mengejar capung seperti di pedesaan yang masih banyak
Hiasan Capung |
Bagi warga Semarang dan sekitarnya bisa ikut menikmati acara ini. Atau bila ada warga luar kota Semarang yang memiliki jadwal kunjung di kota lumpia ini, bisa lebih dulu menengok jadwal acara di www.bokcintaproject.tumblr.com.
Ada peta untuk memudahkan pengunjung yang datang dengan menandai beberapa tempat sebagai even acara.
Ada banyak acara yang dihelat di Tengok Bustaman 2 ini. Seperti malam ini, tanggal 31 Januari 2015 bakal ada acara pembukaan yang diramaikan dengan acara Opera Kampung, Shopping List, Semarang Blues Community dan Frau. Kemudian yang tak bisa ditinggalkan adalah Rumah Kambing. Karena kampung ini memang tak bisa meninggalkan ciri khasnya sebagai penjual kambing. Bahkan banyak warga kampung Bustaman yang membuka warung makan khusus olahan daging kambing. Mulai dari Gule, Sate hingga Bestik. Tidak hanya di pusat kota dan pecinan, namun sudah menyebar hingga ke pinggiran kota Semarang.
Pengunjung bisa juga berpartisipasi dalam Lomba Foto Sudut Bustaman, yang dimulai dari tanggal 31 Januari - 10 Februari. Tinggal datang dan ambil gambar dari kamera ponsel setiap sudut kampung yang menggambarkan kegiatan warga.
Ayo datang dan nikmati pesta seni di kampung Bustaman. Ada banyak warga yang menyiapkan jajanan khas kampung ini. Terutama jangan sampai ketinggalan dengan even Festival Olahan Daging Kambing. Hmm, jadi lapar perut saya, hahaha...
Referensi : www.bokcintaproject.tumblr.com
Foto-foto courtesy by Aryanto, warga Bustaman
Moga2 project2 seperti ini bisa menghidupkan lagi budaya-budaya lokal yaa
BalasHapuskreatif banget ini mak.... suka deh, lihatnya... Bekasi juga kabarnya akan digiatkan aktivasi kampung untuk melestarikan kearifan lokal. semoga membawa hasil yg positif :)
BalasHapusWah, senangnya ada kegiatan di kampung seperti itu. :) Kalau di kampung saya nggak seperti itu :( *eh jadi curhat*
BalasHapus