Liburan selalu menyenangkan. Apalagi kalo menikmatinya bareng keluarga. Seperti awal tahun baru lalu, keluarga mertua ngajak saya, suami dan anak-anak jjs ke kampung rawa. Sayangnya Milzam, sulung kami tak bisa ikut karena banyak tugas dari kampus.
Sabtu pagi itu kami bertiga mampir di rumah ibu sebelum berangkat menuju Ambarawa. Di sana sudah berkumpul kakak, adik dan keponakan yang bakal ikut dalam rombongan jjs kali ini. Keluarga suami memang sering jjs berombongan begini. Saya pernah nulis ceritanya saat jjs plus silaturahim ke Bogor pertengahan tahun 2014.
Pagi itu jalan tol ramai lancar. Awal tahun masih dalam libur panjang weekend, bikin seneng doong kalo jalannya lancar gini. Ujung-ujungnya kan bisa cepat juga nyampe di tempat tujuan.
Keluar pintu tol Bawen, kami ambil jalur kanan. Menuju Ambarawa yang adem bingiiit... Di sini jalan juga ramai lancar. Sesekali aja laju mobil merambat kalau di depan beriringan truk pasir.
Daaan... goes to Kampung Rawa. Dari ringroad udah terlihat Rawapening yang menyuguhkan pemandangan eksotik.
Eh sejak dulu saya suka berasa gimana gitu, kalo lihat air tenang. Ingat kan pepatah, air tenang menghanyutkan. Nah, itu diaaa.... Air yang tenang seperti danau, atau rawa-rawa bikin perasaan saya tidak nyaman. Saya lebih suka laut. Dinamis dan menggairahkan.
Apalagi ada legenda yang dituturkan dari mulut ke mulut tentang asal mula Rawpening. Legenda yang sejak saya kecil pun sudah berulang diperdengarkan. Legenda tentang seorang anak bernama Baru Klinthing, yang sering diusir karena tubuhnya menguarkan bau tak sedap, yaitu anyir.
Anak kecil ini penjelmaan naga. Konon kabarnya naga ini lah yang menjaga wilayah Rawapening. Hmm... benar atau tidaknya, legenda ini sudah merasuki pikiran saya sejak kecil. Saat berperahu, saya udah membayangkan andai si Baru Klinthing tiba-tiba muncul dari balik perairan. *wowww, imajinasikuuuu....
Rawapening sekarang menjadi kawasan wisata yang komplit. Sejak dulu sih sudah ada juga warung makan atau resto. Namun yang sengaja mengeksplorasi kawasan ini dengan fasilitas komplit, baru Kampung Rawa. Itulah kenapa sejak dipercantik, Rawapening dikunjungi banyak wisatawan.
Ada apa aja sih di Kampung Rawa ini?
Yang paling favorit kayaknya resto-nya, hihiii... Ya iya lah, namanya wisata pasti resto jadi salah satu tujuan utama. Di sini ada beberapa pilihan. Kalau bawa banyak rombongan kayak saya, bisa tuh pilih ruang restonya. Tapi sayang kemarin kami nggak dapat meja. Eh, mejanya dapat, tapi kok kursinya kagak ada, hihiii...
Akhirnya kami jalan-jalan melihat sekitar resto. Nah, yang suka menikmati suasana pedesaan, bisa tuh memilih pondok-pondok yang menghadap ke areal persawahan. Pengunjung bisa menikmati ikan bakar atau ayam bakar sambil melihat pak tani yang sibuk membersihkan rumput liar atau mengusir burung.
Udara di sini tuh seger banget. Masih bersih karena lokasi agak jauh dari jalan raya. Meski dari Kampung Rawa kita bisa memandang bebas jalan arteri. Mungkin kondisi ini yang menyebabkan kawasan wisata ini sering jadi pilihan masyarakat Semarang dan sekitarnya.
Dulu pertama datang kemari, saya cuma menikmati makanannya aja. Karena kemarinya cuma berdua, saya dan my hubby. Nggak seru lah kalau mau nikmati serunya naik perahu atau flying fox.
Jadiiiiii...ceritanya adik ipar nyoba tanya-tanya berapa harga tiket naik perahu. Ternyata eh ternyata, sewa perahu untuk memutari kawasan Rawapening, kita mesti bayar Rp. 110.000,-. Dengan nominal segitu, perahu bisa diisi 8 orang dewasa plus bonus dua anak-anak. Rombongan kami lebih dari sepuluh orang dewasa. Tapi akhirnya hanya delapan orang aja yang mau menaiki perahu. Plus dua keponakan yang energik, udah ribut aja mau nyobain flying fox. Kita ngedayung dulu ya naaaang...
Ini foto-foto selama berada di atas perahu yang melaju tenang di Rawapening.
Bersampan bareng keluarga |
Perahunya
memang lancar jaya membelah air rawa. Gerumbulan tanaman enceng gondok
menjadi point view. Sesekali kami berteriak saat perahu menabrak gerumbulan enceng gondok. Takut kalo mesin perahu macet. Olalaaa, pak sopir perahu cerdas dong, dengan cekatan udah mengangkat bodi mesin. Takutnya sih kalau kesangkut eceng gondok.
Luas Rawapening ini sekitar 2.670 hektar. Luas banget yaaaa...
Rawapening menempati empat wilayah, yaitu Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru. Karena itu lah, Rawapening bisa diakses dari empat wilayah ini.
Enceng gondok tumbuh subur |
Duo bocil yang udah nggak sabar pengen naik flying fox |
Memandang gunung Merbabu dan Telomoyo |
Tidak semua perairan Rawapening kami putari. Nggak mungkin lah, rawa seluas itu tak cukup dijelajari dalam waktu satu jam. Saya sempat bertanya pada pengemudi perahu, tentang bukit kecil yang muncul secara misterius dari dalam air. Ternyata perahu ini tidak melewati bukit itu. Ya sudah, saya duduk manis menikmati pemandangan.
Turun dari perahu, kedua bocil langsung menuju area flying fox. Udah deh puas-puasin aja bermainnya.
Sementara mereka bermain, emak-emaknya cuci mata. Seperti saya yang langsung tertarik dengan bungkusan hijau mirip tape ketan. Penjualnya bilang sih itu memang tape. Tapi isinya bukan tape ketan.
"Apa dong isinya, Bu?"
"Ini mbak, sawut yang dibuat tape," Ibu penjual membuka salah satu bungkusan.
Oooh... ternyata sawut?! Hahaha... cerdas dan kreatif deh bu. Angkat dua jempol buat ibu. Kalau singkong dibikin tape kan udah nggak menarik. Beda ya kalau dibikin sawut dulu, baru diolah jadi tape.
Sawut adalah parutan kasar singkong rebus. Kemudian diberi ragi dan dibungkus. Tunggu beberapa hari biar matang, seperti kalo bikin tape singkong.
Bukan saya saja yang tertarik dengan hasil olahan si penjual. Banyak pengunjung rawa apung yang penasaran. Mereka langsung membeli begitu merasakan lezatnya tape sawut.
Ini nih penampakan tape sawut *lezatoosss
pengemasan yang unik |
Banyak aneka jajanan yang dijual di area wisata ini. Ada leker isi pisang coklat, coklat keju dan kacang. Yang mau nyoba pecel dan rujak, silahkan jugaaak...
Nah, perut udah kenyang nyoba beragam jajanan. Kalau masih ingin mengeksplorasi permainan lain, masih ada mobil-mobilan. Bisa muat untuk dua atau tiga penumpang dewasa dan anak-anak. Harga sewanya sekitar Rp. 25.000 untuk setengah jam. Penyewa bisa mengelilingi area rawa apung hingga bagian depan dekat gapura masuk. Tapi karena tidak menggunakan mesin, penggunanya mesti menggenjot pedal. Ya siap-siap aja betis jadi gempor.
Udah makan, udah bersampan, juga nyoba permainan yang ada di rawa apung. Kini saatnya saya pamit ya... Mau pulang dong, dan bokcik. Bobok cantik hihiii
Makasih kunjungannyaaa
Wah seruuu. adi pengen main ke sana juga. ^^
BalasHapusHayuk mbak, banyak pilihan yang bisa menghibur hati kita dan keluarga di kampung rawa ini :)
Hapusasik ya mbak. aku juga dulu cuma makan aja. soalnya kalau naik perahu udah sering di waduk gajahmungkur wonogiri :D
BalasHapusIya mbak, kemarin itu karena adik ipar yang penasaran pengen naik perahu. Kebetulan dolan ke Smg dari pekanbaru, jadi mau nyoba2 gitu hehee
HapusSering lewat, belum pernah mampiiir....asyik juga ya mba wati..syahdu gitu suasananya hihihi
BalasHapusIni mungkin karena mendung mbak :)
HapusNampaknya imajinasi tentang legenda Baru Khlinting meati dibuang jauh-jauh deh mbak hehe. Jangan sampai merasuk ke aqidah kita. Btw, kemasan sawutnya memanh unik. :)
BalasHapusIya mbak, hihiii.. nggak sampe merasuk pikiran sih, karena ingat cerita waktu kecil aja.
HapusEnak banget itu kalau nyemplung ke situ mak :-)
BalasHapusHah? airnya coklat tuh, hihiii
Hapusunik cara membungkus tapenya
BalasHapusNah itu dia mbak, aku juga tertarik sejak awal karena model kemasan si tape :)
HapusMak Wati jalan2 teyuuus, dan update blog teyuus keren, bentar lai jadi travel blogger mbaaa :)
BalasHapusAamiinn... moga doamu untukku ini terwujud ya, Mie :)
Hapussaya baru tau lho kalau sawut bisa dibikin tape. Kayak apa rasanya kira2, ya? :)
BalasHapusDakuw juga baru tahu nih mak, rasanya sih enak bingiiit :)
Hapuswah... sawut dari tape? hehehhe..... jadi ngiler ni bumil
BalasHapusDuuh, kudu tanggung jawab nih ya hahaha...
HapusTerakhir lewat sini masih nganyari belum ada untuk wisatanya. Tapi itu perahu kalau yg naik dikit tekor ya? Trus sawut ubi jalar itu kesukaanku waktu di Pekanbaru dijual di orang jualan snack :))
BalasHapusNyari rombongan lain mba, kemarin temenku kemari cuma berempat trus ngajak sesama pengunjung naik perahu hihiii
Hapusmbak Wati.. aku yg orang asli ambarawa ga pernah berani naik perahu sampannya. ya gitu..takut tiba-tiba ada naga nyebrang hihii
BalasHapusUsir rasa takut jauh2 mba Dini, katanya kan itu cuma legenda ;)
BalasHapusHalo, nama saya Setiabudi, seorang korban penipuan di tangan pemberi pinjaman, saya telah penipuan semua paling 13 juta karena saya membutuhkan pinjaman modal besar 40 juta, saya hampir mati, saya tidak punya tempat untuk pergi, bisnis saya adalah hancur dalam proses yang saya kehilangan anak saya. saya tidak dapat berdiri lagi. semua hal ini terjadi Desember 2014, sampai saya mearnt seorang teman yang memperkenalkan saya kepada ibu yang baik ibu Alexandra yang akhirnya membantu saya mengamankan pinjaman di perusahaannya, ibu yang baik saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih, Semoga Tuhan terus memberkati Anda, saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyarankan sesama Indonesia, bahwa ada banyak penipuan di luar sana, jika Anda membutuhkan pinjaman dan pinjaman yang dijamin hanya cepat mendaftar melalui Ibu Alexandra melalui email perusahaan: alexandraestherloanltdd@gmail.com alexandraestherfastservice@cash4u.com
BalasHapusatau Anda mengunjungi situs web mereka: globalfastservice.org
Anda dapat menghubungi saya melalui email ini; setiabudialmed@gmail.com untuk informasi yang perlu Anda ketahui. silahkan dia adalah satu-satunya orang yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya.
Terima kasih.