Syukuran dan Syuting Film WAGE di Kota Semarang - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Sabtu, 22 Juli 2017

Syukuran dan Syuting Film WAGE di Kota Semarang


www.hidayah-art.com

Assalamualaikum. Syukuran dan Syuting Film WAGE di Kota Semarang hari Jumat tanggal 21 kemarin bikin saya bangga. Nggak hanya bangga, namun terbersit haru serta syukur karena kota Semarang terpilih menjadi salah satu lokasi syuting. 

Ini nih alasan mengapa Semarang dipilih menjadi salah satu kota yang cocok untuk syuting film WAGE. 



"Semarang masih bisa disulap menjadi kota Jakarta tempo dulu. Gedung-gedungnya masih perawan. Bisa digunakan untuk kantor Belanda, atau gedung pergerakan pemuda masa lalu," tutur John De Rantau.

www.hidayah-art.com
Lokasi syuting di kota lama Semarang
Semarang masih mempertahankan kondisi gedung yang ada, tidak mengalami rehab berlebihan. Hal ini yang bikin orang film suka karena bisa dipoles dan dibentuk apapun sesuai skenario.

Nah kebetulan saya beruntung bisa hadir dalam acara Syukuran Syuting Film WAGE. Syukuran diadakan di Cafe Tekodeko di kawasan kota lama. Kebetulan pula hari Jumat itu merupakan hari pertama syuting. Jadi nggak sabar pengen nonton syuting hari pertama. 

www.hidayah-art.com
Sempatin foto bareng Annisa Putri
Syukuran syuting dipimpin oleh kritikus film, penggagas KOPI (Komunitas Online Pesona Indonesia), Fachrul Muchsin. Atau akrab disapa Kak Arul. Beliau menjelaskan tentang film BioPic sosok Pahlawan Nasional pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, yaitu Wage Rudolf Supratman. Dramaturgi perjalanan heroik WR Supratman yang lahir di Desa Samongari, Purworejo, Jawa Tengah.

"Wage itu artinya dia dilahirkan berdarah Jawa. Sedangkan Rudolf adalah nama sematan yang diberikan agar ia bisa sekolah Belanda di Makassar," tutur Kak Arul saat membuka acara.

Berikut rangkaian acara yang menarik siang itu.


"Jumat barokah jadi  Syukuran Syuting Film berjudul WAGE. Biopic Movie Pahlawan Wage (WR. Soepratman) sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Siang ini kami hadir bersama sutradara John De Rantau dan para pemain seperti Tengku Rifnu Wikana, Rendra, Oim Ibrahim, Ferry Sofyan, Annisa Putri Ayudya. Diperkuat Acting Coach: Azuzan.JG dari Belanda (Dosen IKJ Teater yang menetap di Netherland)," papar Andi Shavick sebagai produser yang diaminkan M. Subchi Azal Tsani dan John De Rantau selain sutradara juga sebagai produser.



Hadir jajaran Executive Producer M.Subchi Azal Tsani dan co executive producer adalah Sheikha Amenia Basalama, Deny Nugroho Alianto, R Ivan Nugroho, Rizki Hikmawan, Becki dari Rumah produksi : PT OPSHID Media untuk Indonesia Raya.



www.hidayah-art.com

"Rencana syuting mulai hari ini sampai 25 hari ke depan dari kawasan kota tua Semarang, Magelang, Klaten, Jogja, Solo, Kalidadap Purwarejo," imbuh John De Rantau yang didukung oleh tim yang solid bersama penulis skenario Fredy Aryanto dan Gunawan BS.



Secara detil John De Rantau menjelaskan, bahwa plot cerita dari Wage kecil berusia 10 tahun sampai berusia 35 tahun. Mengisahkan tentang sosok Wage yang di luar pengetahuan masyarakat umumnya. Masyarakat Indonesia hanya tahu tentang Wage yang penulis Lagu Kebangsaan. 

Wage adalah seorang rockstar, pintar menari Tap Dance, pintar main musik, dan ternyata belum pernah menikah hingga akhir hidupnya.

Rendra adalah pemeran sosok WAGE, dan berikut ini kesannya.

"Awalnya terasa berat meski bukan saya anggap sebagai beban. Saya menganggap ini sebagai tanggung jawab. Dinantikan oleh banyak orang pecinta film. Saya berdialog dengan diri sendiri, karena saya bukan pemain musik dan sama sekali tak mengenal musik," tutur Rendra.


Benar banget, dalam film ini Rendra melakukan riset dan eksplorasi sejarah dan sosok WR. Supratman. Termasuk mengunjungi desa kelahiran di Desa Somongari Purworejo. Rendra bahkan belajar piano dari nol, belajar tap dance juga. Karena ia ingin melebur dalam sosok Wage.

Pemilihan peran juga dilakukan sesuai skenario. Seperti dipilihnya Annisa Putri, satu-satunya pemeran wanita dalam film WAGE. Dia memerankan Rukiyem yang merupakan kakak WAGE. Di sini juga dikisahkan bagaimana Wage tinggal dan adaptasi di rumah seorang Belanda. 

Yup, Rukiyem adalah istri dari warga Belanda. Jadi ceritanya setelah Ibu mereka meninggal, Wage tinggal bersama kakaknya. 

Rukiyem dikisahkan sebagai perempuan yang tak biasa. Seorang perempuan jaman dulu yang mampu berbahasa Belanda. Menikah dengan orang Belanda. Namun Rukiyem mampu mingle di berbagai kelas, berbagai kalangan. Dia bahkan mendidik Wage agar masuk dalam pergerakan pemuda. Dia juga yang menyarankan Wage sekolah Belanda di Makassar.

Dalam press conference itu, Bang Azuzan JG jauh-jauh datang dari Belanda. Pemain melakukan proses reading dan dialog dengan arahan Bang Azuzan. Yang menarik adalah ketika beliau diminta untuk memamerkan salah satu dialog dalam film. Karena sebelumnya beliau menceritakan satu kisah tentang Politik Etis yang dijalankan oleh Kolonial Belanda. 

Rangkaian acara berikutnya berupa doa dan sambutan dari salah seorang Co Executive Producer yaitu Rizki Hikmawan. Lulusan pondok pesantren Jember ini memimpin doa dan mengharapkan pada masyarakat agar syuting film WAGE berjalan lancar.

www.hidayah-art.com




Sementara itu M.Subchi Azal Tsani sebagai executive producer optimis film kepahlawanan ini menyatukan semua generasi ketika hari Sumpah Pemuda 2017 mendatang.

"Kami minta tanggal 28 Oktober agar bisa tayang nasional karena film ini tidak saja mengobarkan nasionalisme bahwa NKRI harga mati tapi juga semangat toleransi Wage sebagai panutan bangsa ini harus dikenang selalu bahwa ialah pencipta lagu kebangsaan nasional yg memiliki lirik yang sangat puitis dan sarat pesan-pesan cinta tanah air sebagai momentum pemersatu bangsa," ucapnya semangat.





Setelah pemotongan tumpeng, dan dibagikan otongan pada perwakilan wartawan, pemain film, serta produser, acara ditutup dengan ramah tamah. Kami pun sempat foto bareng pemain film dan produser serta Kak Arul.








Semoga film ini menjadi bagian literasi bangsa laiknya lagu Indonesia Raya yang selalu berkumandang di tiap upacara dan acara resmi kenegaraan. Lagu yang selalu mengingat pemuda bernama WAGE sebagai penciptanya. Bagi warga Semarang, wajib banget menyaksikan film ini saat pemutarannya nanti. Namun tentu saja film ini layak menjadi tontonan wajib bagi seluruh bangsa. Nggak sabar ya menanti jawal tayangnya pada tanggal 28 Oktober 2017. Nobar yuk, wassalamualaikum.

Tidak ada komentar: