Cerita Kehidupan Yang Tak Pernah Bergejolak - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Kamis, 17 Maret 2016

Cerita Kehidupan Yang Tak Pernah Bergejolak

www.hidayah-art.com


Assalamu'alaikum.
Baru kali ini saya bingung mau nulis buat ikutan GA teman. Pernah juga sih akhirnya nggak ikut kalo pas mentok nulis. Tapi, ini GA mbak Ika Puspita gitu, blogger femes yang baru pertama ngadain GA dan langsung dapat sponsor segambreng. Trus, beliau juga teman ngeblog saya, masa sih enggak ikut memeriahkan GA ini. Masa iya saya rela hadiah segitu nggak nemplok sedikit pun ke rumah?! Oke, saya mesti ikut dan bakal menuliskan cerita kehidupan saya yang tak pernah bergejolak.


Saya tuh aslinya introvert. Sejak SD hingga SMP, sosok diri saya nggak banyak dikenal oleh teman sekolah. Apalagi sejak usia sekolah, saya paling muda setahun dibanding teman-teman yang lain. 

Terlahir dari bapak dan ibu yang berbeda usia nyaris sembilan tahun, saya hadir di dunia pada tanggal 25 Juli 1968. Sebagai putri sulung, saya dianggap sukses menjadi kakak yang baik bagi adik-adik saya yang jumlahnya tiga orang. Katanya sih saya galak, tapi mereka tetap sayang pada kakaknya ini. Adik-adik saya nggak kenal dunia maya sebaik saya. Kayaknya mereka menganggap cukup sang kakak aja yang malang melintang keluyuran di dunia maya, hahaha. 

Enggak banyak cerita menarik sepanjang sekolah di SD hingga SMA. Tapi terselip sedikit prestasi dalam bidang menulis, karena saat kelas 2 SMA, dua tulisan saya pernah dimuat di harian Suara Merdeka. Ini lah cikal bakal ketertarikan saya dalam bidang tulis menulis.

Saya udah hobi ikut lomba menulis sejak SMA. Kementrian Lingkungan Hidup, atau pun lomba Karya Ilmiah Remaja pernah menarik minat saya menjadi salah seorang peserta. Meski sama sekali tidak menjadi juara, mendapat apresiasi berupa surat ucapan terima kasih dari penyelenggara itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi remaja usia belasan tahun.

Hingga memasuki dunia kampus dan aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, sampai kena semprit dosen pembina gegara kebanyakan kegiatan. Di kampus ini lah kehidupan saya makin berwarna. Mengenal teman-teman baru dari berbagai daerah di bumi pertiwi. Hingga sering ikut mudik saat mereka pulang ke kampungnya ketika weekend. 


www.hidayah-art.com
Sempat foto bareng wali kelas di halaman Polines

www.hidayah-art.com
Setelah 23 tahun berpisah, reuni tahun 2012
Oh iya, saya perkenalkan diri dulu kalo sejak lahir hingga dewasa, Semarang telah menjadi tempat tingal tetap. Dari sepupu yang tinggal di Medan, saya sampai mendapat julukan jago kandang. Gara-gara seumur hidup tinggal di kota Semarang. 

Karena tinggal di wilayah kota yang padat, dekat dengan kawasan pecinan pula, yang membentuk kepribadian saya sebagai orang yang sangat terbuka menerima perbedaan. Menurut saya perbedaan itu indah, tidak membosankan dan bikin hidup jadi lebih berwarna.

Tapi saya jadi kangen dengan suasana alam pedesaan yang tak pernah menjadi bagian dalam hidup ini. Gara-gara saat usia 10 tahun ikut dalam kemah persahabatan bareng sekolah Islam se kota Semarang di bagian pinggir kota yang masih alami. Ada hamparan sawah, sungai dan rimbunnya pepohonan.

Akhirnya keinginan saya pengen bisa menikmati aura alam pedesaan yang asri terpuaskan ketika ibu menitipkan saya pada tetangga depan rumah. Kebetulan tiap bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa, mereka pulang kampung. Melakukan ritual nyadran, yaitu bersih-bersih tanah makam leluhur. Dan saya si anak kota, ikut menikmati suasana nyadran di desa di wilayah Jatinom, Klaten.

Ternyata kebiasaan ikut pulang kampung ini berjalan hingga usia belasan tahun. Bahkan di kampus, sesekali saya ikut pulkam teman-teman di desanya. Pernah ikut teman pulang kampung di Pati yang sepi banget suasananya, padahal rumahnya ada di tengah kota. Saya juga pernah ikut pulkam di rumah teman beda kelas namun satu jurusan, di kota Solo. 

Bahkan oleh adik kelas, saya kadang ditawari pengen ikutan dia pulang kampung atau enggak, hehehe... Jadi terkenal ngintilan nih di kampus.

"Mbak Wati, ikut yuk ke Parakan. Adem banget desaku, Mbak," ajak adik kelasku dari jurusan Sipil.

Wah, mata ijo nih, hahaha. Atas restu ibu, saya langsung berangkat ke Parakan. Enggak mikir biaya, namanya juga anak kost. Ada yang traktir, ayo aja berangkat.

Pengen punya desa, bikin saya nyari calon suami asli desa. Tapi apa daya, calon suami yang berasal dari desa kok nggak ada yang sreg. Dan saya ternyata dapat jodoh orang kota, hahaha.

Begitu lulus dari Polines, saya langsung bekerja di perusahaan yang sama hingga resign tahun 2015. Memiliki teman dengan pola pikir yang berbeda, namun telah menyatukan kami dalam persahabatan yang melebihi
persaudaraan. Adaaa aja kegiatan yang kami lakukan ketika istirahat. Kadang masak bareng, bahkan pernah juga loh rebonding rambut rame-rame, wkwkwk. Biasanya sih hari Jumat usai shalat, karena pekerjaan nggak seramai hari biasa.

Tempat kerja bagi saya bukan sebatas ngurusi tugas yang segambreng. Tapi juga menikmati pahit manisnya hubungan pertemanan. Karena terlalu akrab, kadang masalah pribadi pun jadi sumber pertikaian. Saya sering banget jadi tempat curhat. 

Saat resign kemarin, saya bahkan enggan berpisah dengan saudara-saudara saya di tempat kerja. Mereka udah seperti saudara saya sendiri, yang sering sekali saya omeli atau nasehati karena sesuatu. Ya gimana lagi, sebagian besar perjalanan hidup saya bersama mereka. 


www.hidayah-art.com
Hanya sebagian dari teman kerja
Tuh, kan... kehidupan saya emang nggak semeriah selebritis. Bahkan hingga menikah pun, rasanya lempeng aja nih, nggak ada gundukan yang menghalangi perjalanan hidup kami. Tak pernah bergejolak bak ombak di samudra Indonesia.

Dapat calon suami juga langsung disetujui orang tua. Begitu menikah pun, langsung hamil pada bulan kedua. Sembilan bulan kemudian lahir lah Milzam, putra pertama yang Maret nanti bakal berusia 21 tahun. Selang empat tahun kemudian, saya mengandung adiknya. Naufal lahir saat si kakak berusia 5 tahun lebih 2 bulan. Kayak program pemerintah ya, dua anak cukup dengan rentang usia 5 tahun :D


www.hidayah-art.com
Saya bagai ratu di rumah :D
Kalo dibilang kehidupan adem ayem, iya siiih. Karena masalah apapun dalam perkawinan, saya dan suami tidak begitu menganggapnya sebagai musibah yang berat. Namanya juga perkawinan dengan dua kepala yang berbeda. Kalo pun ada perselisihan, mestinya bisa menjadikan kami makin dewasa dalam memutuskan satu masalah. Apalagi kami telah menemukan ritme dalam perkawinan, kalo yang satu tengah ngomel mestinya yang satu diam mendengarkan. Jadi, sampai sejauh ini sih, perkawinan kami selalu menyenangkan.

Saya bersyukur, cita-cita ingin menunaikan ibadah haji bisa terlaksana saat kami masih cukup muda. Banyak perjuangan dan pengorbanan demi menunaikan rukun Islam kelima ini. Namun lebih banyak lagi bantuan dari teman, tetangga, sahabat dan kerabat yang mendukung impian kami berdua agar terlaksana. 


www.hidayah-art.com
Dia adalah suami, kakak, sahabat dan orang yang paling saya percaya
Di Nabawi dan Masjidil Haram, menjadi saksi kasih sayang suami pada istrinya yang lemah ini. Saya tak bakal bisa melaksanakan semua rangkaian ibadah haji, dari Sunnah, Wajib dan Rukun tanpa kehadiran suami di sisi tubuh ini. Di bumi para nabi, kasih sayangnya makin kuat memancar dari setiap tatap mata dan tindakannya untuk melindungi saya. 

Saat ini, saya sedang memuaskan diri sebagai ibu rumah tangga fullday. Tak ada rasa jenuh melintas dengan tinggal di rumah. Ada begitu banyak kesibukan yang bisa saya temukan di rumah. Ada banyak teman baru yang sekarang menjadi sahabat saya, meski kenal dari dunia maya. 

Iyaaa, saya nyaman tingal di rumah. Meski anak-anak sudah menginjak dewasa. Saya bisa berbuat lebih banyak di rumah, dengan menjadi ibu yang lebih baik untuk anak-anak. Menjadi istri yang lebih istiqomah, melayani suami demi menuju JannahNYA. Menjadi anak bagi bapak ibu saya, mumpung mereka masih sehat dan semoga berkah pada usia sepuh ini.

Banyak yang masih ingin saya lakukan sepanjang usia masih dalam tubuh ini. Ada banyak impian yang masih ingin saya rajut. Dan bila hanya dengan menulis saya bisa berbagi kesenangan, manfaat dan pengetahuan dari apa yang saya alami selama ini, semoga menjadi ladang ibadah untuk bekal di akherat. 

Saya memang bukan selebritis, yang berita kehidupannya begitu ditunggu penggemarnya. Meski kehidupan saya tak segemerlap selebritis, namun ceritanya bakal dinanti anak cucu saya kelak. Cerita kehidupan yang biasa saja ini, semoga menjadi penghias kehidupan orang-orang di sekeliling saya.

Selamat ulang tahun teramat khusus buat mbak Ika Puspitasari, semoga panjang rezekinya, sehat dan bahagia dalam kehidupan berkeluarga. Senang mengenalmu dan menjadi bagian kehidupanmu. Barakallah fi umrik.


www.hidayah-art.com
Sahabat baru yang saat ini ada dalam kehidupan saya
Wassalamu'alaikum :D


15 komentar:

  1. Aiiih...adem banget baca tulisanmu mbak Wati, makasiih ya sudah mau menjadi salah satu sahabat baik saya. Hug ..hug

    BalasHapus
  2. Saya juga nggak punya desa nih mbak Wati, kalau lebaran jadi pengunggu perumahan karena banyak tetangga yang mudik :)

    Keluarga mbak Wati memang selalu kompak dan rukun ya. Semoga selalu menjadi keluarga samara ya, aamiin :)

    BalasHapus
  3. Mbak...ke tempatku ayuk..masih banyak sawah menghampar dan ladang salak pondoh mengundang...ijo2 deh pokoknya.

    Sukses ya buat GA nya...aku absen untuk GA ini....ketinggalan kereta, dah DL ya :-)

    BalasHapus
  4. saya aslinya juga di kampung mbak hehee
    Kalau lebaran mudik, bersua dengan sanak kerabat melepas kangen

    sukses utk GAnya

    BalasHapus
  5. Sama nih mbak, nggak pny kampung halaman, nggak pernah ngrasain mudik.. tapi dulu pernah sempat tinggal di Salatiga yang banyak tempat2 plosoknya... jadi pernah bertualang di alam pedesaan :D :D

    BalasHapus
  6. adem ayem kan memang yang dicari mbak. semoga senantiasa demikian.

    BalasHapus
  7. tidak bergejolak tapi pencapaiannya dong ... dah macam-macam.. mulai dari kerja hingga naik haji dan sekarang anak2 dah pada bujang semua.

    BalasHapus
  8. Masa si Bunda dianggap galak sama adik2nya ? Kayaknya ga ada deh tampang galaknya hihihi

    BalasHapus
  9. wah punya sahabat baru semoga langgeng sama sahabat barunya

    BalasHapus
  10. Barakallah Mba Wati.. :*

    Ke Wonosobo Yuk Mba.. desaku masih asri lho.. *ngiming2i*

    BalasHapus
  11. Hihi, mbak wati ikut aku yuk tiap mudik lebaran keliling pulau jawa selama seminggu maraton, bandung garut jabar balik rumah semarang jateng terus ponorogo jatim hehe

    BalasHapus
  12. wuha putranya mb wati bagus-bagus hahahhah
    malah fokus ke situ
    wah mbak alumni polines tah?

    BalasHapus
  13. seru ya mbak bertemu dengan teman-teman lama masa sekolah dulu

    BalasHapus
  14. Ada masa-masa cinta monyet ngga mbak dulunya?

    BalasHapus