Review Novel : GERANIUM BLOSSOM - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Rabu, 26 Agustus 2015

Review Novel : GERANIUM BLOSSOM

  GERANIUM BLOSSOM
Ketika cinta terbelenggu kenangan

foto courtesy Wylvera

Judul buku : Geranium Blossom

Penulis      :  Wylvera  W.

Penerbit     : Puspa Populer

Halaman    : iv + 240 halm



       








Sejak awal saya udah tertarik ingin baca buku ini. Bukan karena kenal sama penulisnya, gyaaaa.... gaya banget yak. Sok kenal aja, padahal enggak pernah bertemu muka. Paling Cuma chit chat di medsos dan pernah jadi mentor nulis. Eh ini napa malah jabarin kisah perkenalan ya, hihihiii 


Yang jelas sih saya tertarik karena covernya yang eye catching. Kesannya misterius, gitu. Enggak tampak full wajahnya, karena tertutup payung. Nah, jadi makin penasaran deh.


Sinopsis :

Dian adalah lulusan Moon School of Fashion Design, dan telah memantapkan kariernya sebagai desainer busana muslimah. Rancangannya lolos audisi di komunitas perancang busana muslimah. Ia juga meraih gelar Perancang Busana Msulimah Muda Berbakat. Namun gelar tertinggi diraih oleh Sita, yang membuat Dian merasa tersaingi. 

Saat malam penganugerahan, Dian bertemu dengan Rafli. Mereka jatuh cinta dan menjalin asmara. Perjalanan cinta yang awalnya begitu indah, menjadi rumit ketika Dian menceritakan tentang Wily, temannya saat tinggal di Bern. Perjalanan cinta yang rumit ini membuat Dian terpasung dalam kondisi kebingungan. Memilih antara cinta dan pekerjaan. Memilih kekasihnya ataukah teman masa kecil yang masih tinggal di Bern.

Penasaran nggak sih? Yuk ah, kita lanjut baca langsung novel yang keren ini.

Review Buku :

Kisah cinta dalam Geranium Blossom ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan menarik. Meski ada alur mundur, pembaca tidak kesulitan mengikuti jalan ceritanya. Penulis mengambil setting di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Medan, Zurich, hingga Bern. Pemandangan menawan dideskripsikan dalam berbagai situasi. Pengalaman penulis yang pernah tinggal di kota tersebut, membantu pembaca mampu membayangkan tempat-tempat indah yang ada dalam cerita.

Konflik cerita sejak awal telah dibangun oleh penulis dengan menyisipkan perseteruan diam-diam antara Dian dan Sita. Keduanya adalah desainer lulusan sekolah yang sama dan memilih fashion busana muslimah. 

"Obsesimu ingin menyaingiku ternyata cuma sampai sebatas ini, Di. Kasihan ya," tambah Sita semakin memancingku untuk membentaknya. (Halm. 14)

Persaingan yang tak hanya dalam urusan pekerjaan, namun juga cinta pada pria yang sama, Rafli. Cinta Rafli disambut Dian, yang sudah terpikat sejak perjumpaan pertama dalam malam penganugerahan Perancang Muda di Jakarta.

Kehadiran Wily yang selama ini hanya dalam bentuk komunikasi online, makin mengukuhkan sikap posesiv Rafli pada Dian. Ini terlihat tiap kali tanpa sengaja Dian menyelipkan nama Wily dalam percakapan mereka. Sikap bermusuhan yang kentara ditunjukkan ketika Dian harus berangkat ke Bern.

Cinta mereka sangat dipertaruhkan karena Dian mendapat undangan magang di Bern, Switzerland. Cita-citanya menjadi desainer dan bisa go international bakal terwujud. Ia akan tinggal di Bern selama tiga bulan untuk membuat rancangan pola bersama desainer yang terpilih lainnya.

Dian yang tak suka dengan sikap posesiv Rafli, malah makin asyik bertemu dan menjelajahi tempat-tempat indah di Swis. Tempat yang memiliki banyak kenangan indah masa kecil mereka.

Namun kunjungan tiba-tiba Rafli ke kota Bern, memunculkan konflik rumit. Kecemburuan Rafli, sikap tak percaya diri Wily karena kondisi fisiknya, hingga rasa tak nyaman Dian dengan kondisi hubungan cintanya, membuat cerita kian menarik.

Lihatlah perbuatan Rafli karena cintanya yang buta. Rafli mengunggah foto-foto Dian dan Wily saat Pagelaran dan Launching Busana Muslim dan Muslimah di Munich. Foto dengan pose Wily yang memeluk Dian bertebaran di dunia maya. 

Meski banyak intrik yang berkembang dalam cerita ini, penulis juga menyisipkan humor. Ada satu contoh yang saya tulis di sini.

"Oh, iya. Jangan-jangan aroma bawang bombai ini membuat Mama jadi agak lambat berpikir," elak Mama. (Halm, 92)

Typo: 

Saya tak menemukan banyak typo di dalam buku ini. Hanya satu typo pada kalimat kedua paragraf pertama, bab 8, halaman 104. Yaitu: 

Waku -----> harusnya yang benar adalah : Waktu

That's all, saya senang selama proses membaca buku ini. Menjadi teman saat istirahat di tempat kerja, usai makan siang. *abaikan foto narsis saya ya*


14 komentar:

  1. Ah... sepertinya menarik *penasaran... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeet mba, haha... berarti aku sukses bikin penasaran yaa :)

      Hapus
  2. Jadi pengen baca, penasaran sama endingnya..

    BalasHapus
  3. belum baca bukunya sih, abis ga dapat gratisan... *dijitak penulisnya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaaa.... kalo gitu cari diskon sale aja mbak Tanti :D

      Hapus
  4. saat membaca jadi bisa membayangkan kita sedang disana ya mbak. Aku juga udah baca novelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, penulisnya pintar menuturkan setting tempat dengan detil dan apik.

      Hapus
  5. Pengen bacaaaa
    Soalnya aku belum pernah buku-bukunya mb Wiek :D

    BalasHapus
  6. belum bacaaaaa
    foto narsise kurang banyakkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sek mbak Echa, jiwa narsisku sedang sembunyi, ntar deh dimunculin lagi *eh

      Hapus
  7. Novel sekarang byk juga yg nyelipin setting di luar negeri y mb

    BalasHapus
  8. Jadi pengen tahu, serumit apa kisah cinta mereka ...

    BalasHapus