Catatan Hati; 18 Tahun Mengukir Kasih - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Minggu, 15 Juli 2012

Catatan Hati; 18 Tahun Mengukir Kasih

Aku mengenalmu kala usia belasan tahun.  Ketika pikiran dan hati masih tertambat pada buku dan belajar.  Beribu hari memisahkan aku dan dirimu.  Tak ada ucapan.  Tak pernah ada niat akan bersua suatu hari nanti.

Berjuta detik melangkah di dunia, menjadikan aku wanita yang bertumbuh.  Namun tetap saja aku membutuhkanmu.  Lelaki yang mampu memilihkan setiap jejak untuk kutapaki.  Seperti doa yang ternyata sama-sama kita panjatkan sebelum bertemu di pelaminan.  Perempuan baik-baik akan mendapatkan laki-laki yang baik, Begitu pula Laki-laki baik-baik akan mendapatkan perempuan yang baik.  Sebuah ayat dalam Al Quran - surat AnNur ayat 26,  yang menjadi jaminan Allah untuk kita yang menjadi umatNYA.

Aku percaya, pertemuan kembali itu sudah dicatat olehNYA.  Pertemuan yang kau gagas dalam bentuk reuni.  Hanya kita berdua.  Namun, pertemuan itu menjadikan sebuah wadah silaturahim yang islami.

Aku selalu yakin, engkaulah lelaki pilihan Allah untukku.  Karena kata-katamu selalu memberikan inspirasi yang mungkin tak kausadari kebenarannya.  Namun, Allah memang memilihmu untukku, agar aku menjadi seperti diriku sekarang.  Ibu dari kedua anak laki-laki yang mulai beranjak remaja.  Anak-anak yang kelak akan menjadi seperti dirimu.  Pemimpin keluarga kecil mereka masing-masing.

Beribu hari yang kita tinggalkan di belakang, moga menjadi hari yang indah untuk selalu kita kenang bersama.  Beribu hari yang ingin aku jalani lagi bersamamu, menuju cita-cita kita agar bertemu lagi kelak di Surga.  Menjadi pengantin yang sejati, dalam limpahan cahaya Ilahi nan abadi.


Sepanjang usia yang kita rajut bersama dalam rumah tangga ini, ibarat sekolah yang tak bosan untuk belajar dan berlatih.  Ada kalanya langkah kaki kita terjerat sesemakan di hutan belantara kehidupan yang penuh peristiwa.  Yang pahit menjadikan kita tersenyum dalam tangis.  Yang indah menjadikan kita selalu mawas diri agar tidak takabur.  Yang menyedihkan pun mampu membuat tawa kita berderai untuk pelipur lara.  Karena kita selalu percaya, Allah Swt menginginkan kita menjadi pasangan seiman sehati yang senantiasa tawakal.

Suamiku, kekasih hatiku, menurutmu aku bukanlah istri yang romantis.  Sebuah ungkapan yang menjadikan aku bermimpi bisa seperti yang kau angankan.  Aku belajar menjadi lebih baik setelah berada di sisimu.  Aku mengandalkanmu agar membimbingku setiap saat.  Karena tanpamu, aku tak akan menjadi wanita.  Engkau adalah imamku untuk membentukku menjadi ibu yang penuh kasih sayang untuk anak-anak kita. Dalam harapmu, aku bermetamorfosa bak kupu-kupu.
Tahun 1987 di Polines - Tembalang

Bersama suami di Marina - Semarang, 2010


Banyak impian yang belum kita raih.  Namun ada juga impianku yang kini mampu kugenggam karena doa dan semangatmu.  Sebagian impian itu, mulai kita semai.  Dan sebagian lagi, kita petik buah impian kita.  Ada pula pucuk impian yang mulai mengembang dalam guyuran doa dan tangis kita saat bermunajat.

Suamiku, mari kita saling eratkan doa dan harapan.  Untuk setiap impian yang telah kita mulai delapan belas tahun yang lalu.  Ini adalah torehan kata yang mampu aku persembahkan untuk keluargaku tercinta.  Suamiku, anak-anakku, Milzam dan Naufal.  Semoga kita dipertemukan kelak dalam Surga Ilahi, Yang Maha Memiliki Segalanya.

Tidak ada komentar: